JEMBATAN GANTUNG TAMBAKBOYO RAMPUNG PASCA AMBRUK

Tambakboyo, Tawangsari. (6/2)
Proyek pembangunan jembatan gantung Rp10,8 miliar di Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo telah rampung.

CV Tunjung Jaya selaku kontraktor dari Kabupaten Karanganyar akan menyerahkan proyek pembangunan jembatan kepada pejabat pembuat komitmen pada Senin (7/2/2022).

Tim teknis dari Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sukoharjo mendatangi lokasi jembatan di pinggir Sungai Bengawan Solo guna mengecek konstruksi fisik jembatan mulai dari fondasi, kawat seling hingga papan jembatan.

Mereka juga menguji kekuatan jembatan dengan berjalan kaki dari sisi utara menuju sisi selatan yang jaraknya sekitar 200 meter. Sementara sejumlah pekerja terlihat membersihkan kotoran dan debu yang menempel di papan maupun fondasi jembatan.

Jembatan gantung itu ambruk menjelang perayaan malam pergantian tahun tepatnya 31 Desember 2021. Kala itu, pekerja menyeting kawat seling yang menghubungkan kedua tiang pancang jembatan. Saat diseting, seling terlepas yang mengakibatkan jembatan gantung ambruk di dasar sungai.

Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga DPUPR Sukoharjo, Suyadi, mengatakan, “Proyek jembatan tahap pertama diserahkan kepada pejabat pembuat komitmen pada 7 Februari,” kata dia.

Jembatan gantung di Desa Tambakboyo itu hanya bisa dilewati pengendara sepeda motor dan pejalan kaki. Jumlah daya tampung beban jembatan maksimal 40 orang.

Masyarakat tidak diperbolehkan bergerombol dan berhenti di tengah jembatan. “Dalam waktu dekat, kami bakal memasang papan berisi larangan berhenti maupun berswa foto di jembatan. Kami sangat menaruh perhatian pada aspek keamanan jembatan,” ujar dia.

Namun, Suyadi belum bisa memastikan jembatan gantung di Desa Tambakboyo itu dibuka untuk masyarakat. Dia bakal terlebih dahulu melaporkan hasil pengerjaan proyek jembatan kepada Bupati Sukoharjo, Etik Suryani. Rencananya, jembatan gantung itu bakal diresmikan oleh Bupati Sukoharjo.

Seorang warga Dusun Blerong, Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Sardiman, mengatakan masyarakat yang tinggal di sisi selatan sungai kesulitan akses penghubung lantaran belum ada jembatan permanen.

Mereka harus memutar tujuh kilometer melewati wilayah Kabupaten Klaten dan Jembatan Serenan untuk mengurus keperluan sehari-hari menuju Sukoharjo.
“Kami sudah mengidam-idamkan jembatan permanen di Sungai Bengawan Solo. Saat pertemuan masyarakat, aspirasi itu berulangkali mencuat dan disampaikan kepada pemerintah,” kata salah seorang warga setempat. ( Iskeb/SR )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GASPPOL SUKOHARJO TAK LAGI SEKEDAR FORUM KOMUNIKASI PARPOL

POLING GASPOL FSM KEDUA AKAN SEGERA DIGULIRKAN

SISA SISA "SUARA WARGA" PASCA PUTUSAN MK & MENGIMANI TAKDIR