MEMOTRET KELUCUAN KELUCUAN DI MASYARAKAT JELANG PEMILU & PILPRES


Oleh : 
UMAR YUWONO
Ketua DPD Partai Gelora Nomor 7
Kabupaten Sukoharjo

Tahapan Pemilu semakin dekat dengan jadwal kampanye resmi yang dijadwalkan KPU. Begitu juga Pilpres masa pendaftaran Capres Cawapres di KPU juga semakin dekat. Sebenarnya situasi semacam ini sudah pula terjadi pada agenda Pemilu sebelum sebelumnya. Yang membedakan adalah perubahan perkembangan jaman baik kualitas berfikir masyarakat juga kondisi perubahan teknologi komunikasi berupa hadirnya gadget HP dan internet yang semakin mempengaruhi keadaan realita di tengah tengah masyarakat yang ada. 
Derasnya arus informasi dan keterbukaan informasi saat ini makin mudah membaca dan memilah kemudian menelaah siapa saja yang bermain dalam pentas politik di tanah air ini. 
Setelah penulis mencoba mencermati ada 5 kategori di masyarakat kita yang bermain dan turut andil dalam pentas politik yang ada. Tentu soal besar kwcil peran mereka itu soal lain, akan tetapi dunia politik telah mampu menyeret sebagian masyarakat untuk terlibat dalam dinamika politik yang ada, disadari atau tidak mereka sudah ikut larut dalam hiruk pikuk perpolitikan yang ada. 
Berikut akan coba penulis uraikan 5 kategori masyarakat yang turut andil menghangatkan suhu politik di negeri ini.   

1. Pemain Politik
Sebagaimana dalam pertandingan olah raga disebut pemain adalah mereka yang terjun langsung di gelanggang permainan merekalah yang leluasa bergerak memaksimalkan daya dan upaya dalam skill permainannya untuk satu tujuan mendapatkan poin permainan dan top targetnya adalah memenangkan permainan yang dijalaninya. 
Begitupun dalam pentas politik pemainnya adalah partai politik. Partai politiklah yang pegang kendali permainan demokrasi 5 tahunan ini, merekalah yang mampu menentukan arah dan model pergerakan yang mesti dilakukan, sesuai dengan aturan yang sudah ada. Sebagai contoh yang sedang hangat terjadi saat ini, koalisi parpol dalam mendukung Capres pilihan masih tampak cair tidak pasti seperti melihat hitam dan putih. Hari ini mendukung Capres A boleh jadi besuk beralih mendukung Capres B atau C. Itulah faktanya, dan tentu mereka parpol itu melakukan hal itu adalah bukan tanpa alasan, mereka melakukannya dengan argumen mereka dan keyekinan mereka untuk satu tujuan mereka yaitu mendapatkan poin dan menang dalam permainan. Dan itu sah sah saja. 
Apa kelucuan dari para pemain politik ini yang mungkin jarang orang memperhatikan. Beberapa kelucuannya adalah  : 
a. Ketika sudah sampai pada tujuan dipuncak karier, misalnya sudah menjadi anggota dewan hingga 2x periode tidak mau untuk berhenti inginnya terus duduk menjadi anggota dewan, tanpa memeberikan kesempatan pada kader parpol dibawahnya. 
a. Sering melakukan politik anggaran dengan mengatas namakan uang pribadi padahal uang APBN/D. 
c. Suka menebar janji yang kadang tidak ditepati. Dan kelucuan kelucuan lainnya. 
 
2. Pekerja Politik 
Pada kategori ini jumlahnya lebih banyak dari pemain politik.  Masyarakat yang masuk kategori ini satu orientasi nya menyikapi dinamika politik yang ada yaitu keuntungan materi. Atau pergerakannya itu terkait ada tidaknya upah atau nominal yang bisa diterimanya. Jika tak ada nominal dan keuntungan maka orang orang dalam kategori ini tidak akan mungkin untuk mau bergerak. 
Bukan saja personal dan individu saja dalam kategori ini tapi beberapa jenis perusahaan jasa dan produksi yang bergerak dibidang politik misalnya jasa cetak, produksi kaos, konsultan dan lainnya sangat berharap bisa dapat cuan dari perhelatan politik 5 tahunan ini. Kebanyakan dari masyarakat dalam kategori ini tidak terlalu konsisten dan fanatik terhadap parpol tertentu namun berprinsip siapa yang mendatangkan cuan ya itulah yang dikerjakan. 
Kelucuan pada masyarakat kategori ini adalah : 
a. Jika individu mereka akan jualan "bualan" dengan membual seolah pengalaman dalam menggalang massa, punya massa banyak, pernah dekat dengan tokoh politik A,B,C, dan lainnya. Seolah yang diajak bicara itu kepahaman politiknya nol, jauh dari mereka. he he. 
b. Semangat diawal ingin bergabung di partai, tapi ketika sudah masuk dan diberi amanah tidak bisa menjalankan dengan alasan harus ada anggaran operasianal dll dll. he he.  

3. Fans Berat Tokoh 
Tidak bisa dihindari karena negara kita telah memilih sistim demokrasi sebagai tata kelola dan cara dalam bernegara, maka agenda Pemilu dan Pilpres 5 tahunan menjadi hal yang terus hadir disetiap perjalanan waktu bernegara kita. 
Hal ini tentunya akan selalu memunculkan tokoh tokoh calon pemimpin bangsa dan negara disetiap jelang hajatan 5 tahunan itu. Kenapa ? Karena hampir bisa dipastikan disetiap perjalanan bernegara dengan Presiden sebagai pemegang kendali pengelolaan negara tidak akan mampu 100% memuaskan rakyatnya dalam layanannya. Pasti ada sebagian rakyat yang tidak puas dengan kinerja Presiden yang sedang mengemban amanah. Ketidak puasan inilah biasanya memunculkan tokoh baru alternatif yang mempunyai gagasan atau program2 kerja yang ditawarkan sebagai produk unggulan agar bisa lebih maksimal lagi dalam melayani rakyat, melebihi kualitas pelayanan dari Presiden yang sedang berkuasa saat ini misalnya. Dari sinilah muncul tokoh2 nasional yang siap menjadi Presiden dalam Pemilu / Pilpres berikutnya. 
Munculnya tokoh biasanya akan memunculkan pula  pengikut dari tokoh tersebut. Kalo didunia entertainment ada artis pasti ada Fans-nya. Nah fans dari tokoh ini biasanya cenderung melihat tokoh idolanya ini tanpa cela, melihat tokohnya seakan melihat Nabi nya, memganggap tokohnya itu manusia sempurna yang tidak punya cela dan dosa. Fans berat model seperti inilah yang kadang menambah hiruk pikuk perpolitikan yang ada semakin panas. Karena logika kemudian kalah dengan diksi "POKOKE" .. repotlah kalo sudah model begini. He he. 
Kelucuan masyarakat kategori ini diantaranya : 
a. Tidak mempan informasi logis dan valid tapi sangat suka informasi yang mengangkat citra tokohnya. 
b. Sangat mudah di kompori alias dipanas panasi misalnya tokoh idolanya diberitain negatif fans berat ini mudah baper dan emosi. 
c.  Sangat mudah menerima berita negatif yang menyudutkan lawan tokoh idolanya, seringkali asal menyebarkan berita tapi tidak paham benar tidaknya berita negatif itu. 
d. Ikatan emosionalnya kuat dengan tokoh idolanya. Hingga informasi berbasis data faktual kadang tidak bisa menerima. 

4. Tim Hore alias Tim Ubyang Ubyung
Ada pula sebagian dari masyarakat dalam  menyikapi dinamika politik yang terjadi ini hanya sebatas menjadi Tim Hore saja. Alias menjadi penggembira dari siapa yang mengajaknya. Yang penting ngikut dan dapat nominal. Tidak rewelan yang penting ada waktu nganggur ada yang ngajak kegiatan politik entah dari partai apa mereka tidak begitu peduli. Ini terjadi biasanya saat masa kampanye terbuka, pawai motor dan ikut aja acara tersebut. Sudah dapat kaos, makan dan uang transport gitu saja sudah suka sekali. Mereka menganggap kampanye sebagai hiburan healing semata. He he. 
  
5. Golongan Melek Politik
Katergori masyarakat yang melek politik ini adalah sebagian elemen masyarakat yang cenderung tenang dan  berhati hati dalam mensikapi perhelatan demokrasi 5 tahunan ini. Mereka sudah sangat paham kalopun belum paham benar tentang perpolitikan orang yang masuk kategori ini dengan suka rela mandiri mencari tahu tentang dinamika politik dan mencari sumber informasi dan referensi terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan politiknya.  
Orang orang dalam kategori ini tidak mudah mempercayai berita2 politik yang ada kecuali mereka sendiri telang membaca dan mencari tahu kevalidan dari berita berita itu. 
Bisa disimpulkan masyarakat yang seperti inilah yang telah teredukasi pikirannya sehingga mampu untuk bijak dalam mencerna informasi yang bermunculan di media media informasi yang ada. 
Pada masyarakat kategori melek politik inilah harapan para pendiri bangsa akan cita citanya yaitu negara yang adil makmur sejahtera dan berkemajuan bisa terwujud. 
Dalam arti ketika masyarakat melek politik sudan menjadi bagian terbesar dari bangsa yang mendominasi pemikiran yang dewasa dan bijak maka saat itulah bangsa Indonesia bisa merasakan arti sesungguhnya dari sebuah kemerdekaan. 
Namun untuk mencapai titik itu, sepertinya Indonesia masih membutuhkan waktu ke depan. 

Tanggungjawab kita semualah untuk mengedukasi masyarakat tanpa henti dan berkelanjutan untuk menyebarluaskan kebaikan kebaikan di Nusantara Jaya Indonesia ini ke depan. Semoga tercapai. Aamiin. 
Nuwun. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arah Baru Sukoharjo

POLING GASPOL FSM KEDUA AKAN SEGERA DIGULIRKAN

SISA SISA "SUARA WARGA" PASCA PUTUSAN MK & MENGIMANI TAKDIR